English  Indonesian

Unisda bersama Asian Muslim Action Network Cegah Ektremisme

   22 Februari 2020  |    08:56  |     MH. Humas Unisda
Bagikan   
  

Lamongan, news.unisda.ac.id–Unisda bersama AMAN (The Asian Muslim Action Network) Indonesia gelar kursus singkat bertemakan Perempuan dan Pencegahan Ekstremisme di Ruang Auditorium Gedung Rektorat Lantai 3 Universitas Islam Darul Ulum (Unisda) Lamongan, Jumat 21 Februari 2020.

Kursus berdurasi 8 jam ini diselenggarakan untuk memperkuat kapasitas masyarakat sipil dan pemerintah secara umum juga sivitas akademik unisda secara khusus. Ide kursus lahir dari kegelisahan AMAN ketika melihat gap kapasitas pemerintah dan CSO (Civil Society Organization) di nasional dan daerah cukup tinggi. Perempuan memiliki peran penting dalam gerakan deradikalisasi. “Pencegahan Ekstremisme tidak lagi hanya melibatkan laki-laki, namun juga peran perempuan”  Tambah Rektor Unisda Lamongan, Ibu Ainul Masruroh.

Unisda bersama Asian Muslim Action Network Cegah Ektremisme Bersama

Materi kursus, langsung disampaikan oleh Direktur AMAN (The Asian Muslim Action Network) Indonesia, Ibu Dwi Rubiyanti Kholifah. Materi meliputi Sejarah Ekstremisme di Indonesia, Tren Perubahan Peran Perempuan dalam Ekstremisme, Interaksi HAM Perempuan dan Ekstremisme, Peran CSO dalam Pencegahan Ekstremisme.

Peserta kursus diiikuti oleh sivitas akademik unisda, baik dari unsur mahasiswi maupun ibu-ibu dosen dari unisda lamongan juga kelompok organisasi masyarakat. UNISDA Lamongan bekerja sama dengan AMAN untuk berbagi wawasan mengenai ekstremisme, juga pencegahan dan penanggulangannya.

Unisda bersama Asian Muslim Action Network Cegah Ektremisme Bersama (3)

Ruby menjelaskan, di zaman modern ini, bentuk terorisme atau ekstremisme pun semakin berkembang. Ada satu ekstremisme yang tidak disadari, namun sering dilakukan oleh banyak kalangan.

“Salah satunya ialah rasa kebencian,” ungkapnya.

Banyaknya kritik yang dilontarkan pada pemerintahan oleh sekelompok orang terkadang keluar dari tujuan awal kritik itu sendiri.

“Awalnya ingin memberi masukan, namun berujung pada hal yang negatif,” terang dia.

Pendapat yang dikemukakan dengan cara yang tidak tepat akhirnya menimbulkan opini negatif dan meracuni pikiran kaum awam. Akibatnya, kehidupan bernegara diliputi rasa negatif.

Di sinilah, menurut Ruby, peran sebuah organisasi non-ekstremisme untuk mengedukasi masyarakat cukup vital.

“Kita ajarkan untuk membedakan kritik dan benci,” katanya.

“Suatu kritik harusnya membuahkan hasil yang positif. Sebaliknya, rasa benci yang ditunjukkan secara berkelanjutan akan menimbulkan fitnah yang besar,” tandasnya kemudian (MH. Humas Unisda).



Copyright © 2016 Universitas Islam Darul Ulum Lamongan. All Right Reserved.